Pages

Subscribe:

Sabtu, 06 Agustus 2011

Persebaya 1927, 'Juara' Tanpa Piala


Foto: Pemain Persebaya 1927 merayakan kemenangan di kompetisi Liga Primer Indonesia/Demotix Images
Foto: Pemain Persebaya 1927 merayakan kemenangan di kompetisi Liga Primer Indonesia/Demotix Images
MALANG - "LPI tak akan dilanjutkan. Kita juaranya," kalimat itu dilontarkan Pelatih Persebaya 1927 Aji Santoso jelang usainya putaran pertama LPI. Aji saat itu tampaknya sudah paham bahwa kompetisi yang diikutinya sudah tamat alias putus di tengah jalan.

Jika memandang siapa yang paling berhak atas status juara, tentunya Persebaya 1927 karena posisinya paling atas di klasemen akhir putaran pertama. Erol Iba dkk hanya dibedakan selisih gol dari peringkat kedua Persema Malang.

Namun situasi yang ada tetap sulit untuk menyebut Bajul Ijo sebagai jawara kompetisi. Masalahnya LPI belum bisa sepenuhnya disebut kompetisi karena baru separuh jalan. Hingga kini juga belum ada kepastian status Persebaya 1927 soal juara itu.

Belum ada rencana selebrasi atau pemberian trophy dari konsorsium LPI. Aji sendiri rupanya tak terlalu memikirkan itu. "Kita persiapkan saja kekuatan untuk musim baru. Kita sudah membuktikan diri menjadi yang terbaik di putaran pertama LPI dan itu sudah bagus," ujarnya.

Kendati demikian, Aji tak menyesal atau merasa pekerjaannya sia-sia dalam membawa timnya ke LPI. Ia menganggap itu sebagai pemanasan sebelum benar-benar bertarung di kompetisi yang lebih profesional.

Keberadaan Persebaya 1927 di puncak klasemen memang sangat bisa dimaklumi. Persiapan yang dilakukan Aji Santoso terbilang sangat matang dibanding kontestan LPI lainnya. Ketika tim ini sudah siap, tim lain baru dibentuk.

Itu juga berlaku bagi Persema Malang dan PSM Makassar yang menempati urutan di bawahnya. Tim jebolan ISL lebih tahan banting dibanding tim anyar, kecuali Persibo Bojonegoro yang terdampar di papan tengah klasemen.

Pemain Persebaya 1927 sendiri juga masih tanda tanya dengan status timnya setelah LPI tak bakal dilanjutkan. Kapten tim Erol FX Iba sulit mengutarakan pendapatnya karena ini merupakan pengalaman unik dalam kehidupan sepakbolanya.

"Kadang saya senyum sendiri kalau ingat kita hanya bertanding setengah musim kemudian selesai. Tapi mau bagaimana lagi, itu keputusan PSSI. Kita memang yang terbaik di putaran pertama, tapi kayaknya masih belum enak kalau disebut juara," katanya sambil tertawa.

Secara umum, Erol menggambarkan kekuatan Persebaya 1927 sudah cukup mumpuni jika harus bergelut di liga profesional. Walau menurutnya masih butuh tambahan kekuatan, namun secara kualitas sudah bisa diadu dengan klub-klub jebolan ISL. (Kukuh Setiawan/Koran SI/acf)

0 komentar:

Posting Komentar

tak kenal maka tak nornal